Minggu, 21 Juli 2024

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke – 90

 

Ayat Ayat Danau Kaca

 

kemilau danau

kilau hamparan kaca

cahya rembulan

 

Bias kemilau danau di langit membentang spektrum warna

Tujuh bidadari turun mandi tujuh selendang mayang menari

Serupa tubuh ikan arwana menyembur dari rambutnya

Riang riang pakulun riang riang anjar asmara merenda hati

 

cahaya itu

sihir raut wajahnya

purnama bulan

 

Diam diam aku bangkit dari pesona jiwa

Terjun ke dasar danau terjun ke dalam sukma

Di mana tujuh petala negri pancur tiga belas 

Selaksa angan sir bertemu sir

 

sir danau kaca

rembulan di atasnya

pesona jiwa

 

Bbaru, 2016

 

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke – 91

 

Ayat Ayat Gunung Sagaling

 

mamang kenduri

lalayan dalam altar

tandik balian

 

Lalayan tempat berteduh penghuni puncak gunung dan penghuni lembah

Dan tempat ruh yang akan terbang mencari persemayamannya

Dan getah damar adalah suluh ruh dalam bubus asap setanggi pedupaannya

Di dalam balai balian bawo berdiri kaki tunggal menyampir mantra sukma sejati

 

sukma sejati

menyembur ufuk kelam

surya terbenam

 

Sembur. Petir menyambar hutan menyambar batu batu ampar dan batu batu pebukitan

Sagaling mata menyala tunduk segala dedemit dan hantu yang membawa bencana

Lalayan adalah pusaka nenek moyang yang patut dijaga

Pagari dengan darah pagari dengan tulang tulang dari segala perusak kubur ruh kehidupan

Sagaling  tegak berdiri di bawah tujuh lapis langit di atas tujuh lapis bumi

 

aruh tahunan

pusaka nenek moyang

tetap lestari

 

Kssb, 2016

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke – 92

 

Ayat Ayat Gunung Ambulung

 

dara jelita

gurau di tengah hutan

siang yang teduh

 

Semilir angin senandung kembang pekasih

Aroma  gerai rambut sang dara jelita

Merdu gurauan tawa perangkap bagi lelaki celaka

 

cahaya surya

meremang di Ambulung

macan jadian

 

Di atas rumput hijau tampak dara jelita bergaya

Menggoda pandangan mata dalam spektrum fatamorgana

Air liur menetes : Daging manusia lebih gurih dan lezat

 

rerumpun daun

kilau cahaya surya

menyingkap rupa

 

Aku tahu asal usulmu hai dara

Aku tahu nama orang tuamu hai macan

Sangatak sangitik maha rajapati

 

siang membara

jadian itu lebur

ditelan bumi

 

Kssb, 2016

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke – 93

 

Takdir Tikar Purun

 

samar cahaya

di atas tikar purun

bulan seiris

 

Melintas lelawa seketika kamar menjadi ruang hampa

Bulan tampak seiris di atas tikar purun. Tubuh terbaring

Membalut luka usia lantaran musafir itu kehilangan arah

Tak bintang satu pun petunjuk. Betapa kelamnya malam

 

kelamnya malam

bulan cuma seiris

di tikar purun

 

Duh alam semesta perihnya langkah kehilangan mata

Perihnya di pisau risau. Tatkala dedaunan bergoyang

Awan menyerpih. Musafir itu menyebut nama tuhan

Kemudian bangkit dari takdirnya

 

di atas tikar

malam sonder berawan

sonder lelawa

 

Bangkit dari tikar takdir

Melangkah pada jejak garis yang membentang

Hari kelahiran di akhir tahun. Musafir itu menyebut nama tuhan

Dalam alir air matanya yang menetes di atas tikar purun

 

Banjarbaru, 2021

 

 

Haisi ( 詩俳句 )ke – 94

 

Doa Daun Lengkuas

: Eno

 

daun lengkuas

dalam semilir angin

di ujung senja

 

Daun lengkuas disemilir angin

Setelah usai lengsernya senja dan lembayung senyap

Pada bias terakhir di ubin lantai. Kamar berduka

Lirih suara jangkrik mengantar dzikir

 

gerimis turun

pucat cahya pelita

di dalam kamar

 

Di ujung daun. Suara menetes sedemikian duka :

Sembuh sayang kami menyayangi kamu. Si buah hati

Pucat di cahya pelita. Kehilangan tawa manja. Sembuhlah sayang

Gerimis di daun daun

 

suara jangkrik

lirih di angin malam

lantunan dzikir

 

Daun lengkuas runduk. Maha duka

Di ujung daun menetes doa doa

Sembuhlah sayang

 

Banjarbaru, 2021

 

 

                                                                                                                                                  

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke – 95

 

Sajadah Subuh

 

ayam berkokok

membuka pintu hati

tatkala fajar

 

Fajar memancar. Di ufuk timur lembayung spektrum di balik gunung

dan mengapung di atas ombak laut. Kasidah buih di pantai

mengantar nelayan pulang melaut.

Nun  di semenanjung pepohonan mengucap salam dan takbir

dan camar mengucap syukur masih bisa melihat pajar menyingsing

 

azan mengalun

subuh memberi nikmat

rahmat ilahi

 

Tak ada yang mendustakan nikmat dan rahmat ilahi

Kecuali mereka yang merusak kelestarian alam semesta

Sehingga terjadi bencana pandemi banjir longsor tsunami

gempa dan malapetaka lainnya

 

di dalam subuh

berlinang air mata

diri yang fakir

 

Banjarbaru, 2021

 

 

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke – 96

 

Kusebut Namamu

 

melati merah

di ujung senja kala

semilir angin

 

Di antara rerumput perdu serumpun melati memberi warna lain

Di  angin semilir tangkai berayun ayun. Di kelopak yang mekar

entah apa ada seraut wajah. Bening di ujung senja

Tak ada suara burung hanya gemercik air di batu batu sungai

 

gemercik air

sungai Layuh mengalir

dusun terpencil

 

Kusebut namamu kala gemercik itu membasahi kesunyian

Membasahi rindu dalam lipatan masa silam. Kusebut namamu

Wajah di kelopak melati merah

Duh

 

Kesunyian ini begitu sunyi

 

Banjarbaru. 2021

 

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke – 97

 

Jejak Langkah Menyusur Pantai

 

purnama bulan

di atas ombak laut

pantai Takisung

 

Jejak langkah menyusur pantai di separuh malam

Kala bulan purnama mengapung di atas ombak

Nun di batas laut kerlip lantera para nelayan

Maha benar rahmat dan nikmat dalam firmannya

 

1

cahaya bulan

kilau di puncak ombak

mengejar pantai

 

2

sepanjang pantai

buih putih mendesir

di bawah bulan

Hening terasa nikmat kala ombak itu usai mencium pantai

Dan jejak langkah menyusur pantai menyusur usia yang kian renta

Harapan memberi makna dalam hidup dan kehidupan yang fana

 

Banjarbaru, 2021

 

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke – 98

 

Bunga Sedap Malam

 

setangkai bunga

mekar harum mewangi

di angin malam

 

Mekar setangkai bunga sedap malam mengharum ke dalam kamar

Binar cahya rembulan di tangkai gemulai . Embun yang menetes

di kelopaknya suara hening malam

 

di hening malam

suara tetes embun

ke lubuk jiwa

 

Semilir angin dan kamar semakin mengharum sampai suara itu

bersiluet di dinding jiwa :

“Telah kutanam bunga sedap malam dalam jambangan waktu

Memagar rinduku dari sihir  gelapnya malam“

 

Banjarbaru, 2021

 

 

 

 

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke – 99

 

Hujan Membasuh Usia

 

hujan Desember

menjelang ulang tahun

menatap langit

 

eksplorasi perjalanan seorang musafir ke mana langkah

ke mana suratan dakdir yang telah diikrarkan sewaktu masih segumpal darah

dalam perjalanan menuju akhir perjanjian

sujud di atas bumi dan menadah dengan tangan gemetar

 

hanya kepadamu memohon keredhoanmu

atas tapak jejak yang dilangkahkan pada jalan yang gulita

basuhlah usia renta ini dengan hujan rahmatmu ya rabb

 

1

hujan menetes

ke ubin lantai kamar

di rumah tua

 

2

hujan Desember

menjelang akhir tahun

lantun al furqan

 

eksplorasi perjalanan seorang musafir pada takdirnya

di dalam hujan lantunan al furqan membasahi daun daun pohon

dan rerumputan yang runduk disemilir angin

musafir itu tafakur masuk jauh ke dasar jiwanya yang :

fana

 

Banjarbaru, 2021

 

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke - 100

 

Hujan Awal Tahun

 

air menetes

di ujung atap rumah

bayiku lahir

 

Air yang menetes dari atap rumah mendengar  alun nafas bayiku yang baru lahir

Angin semilir. Gemulai daun flamboyan sepanjang tepi jalan mengucap salam

Di jendela menatap hujan awal tahun

menatap diri semakin renta musafir yang fakir

 

di balik hujan

hujan di awal tahun

jalan membentang

 

Menatap jejak langkah pada eksplorasi perjalanan kehidupan

di balik hujan jalan kembali membentang

tatkala tempias meleleh di kaca jendela

Meleleh air mata

Jika memang harus lahir kembali pada takdir

akan kualamatkan suratan-suratan tasbih zikir

sebelum mentari tenggelam

 

suara hujan

dikeheningan kamar

duduk tafakur

 

Jika burung burung nasib kembali bernyanyi

Dan gugus langit  membusurkan spektrum pelangi

Kita tak letih menanam seribu bunga harapan di jambangan

cinta

 

Banjarbaru, Jan 2022

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Arsyad Indradi    Khabar Dari Dusun 10 0 Haisi Indonesia   Ilustrasi Cover :   Alvin Shul Vatrick Penerbit : ...Kelompok Stud...