Haisi ( 詩俳句 ) ke - 50.
Suatu Malam
di daun kelor
seribu kunang kunang
malam yang kelam
seribu kunang kunang
membangun
kerlip pada sebuah
kelam
tiba tiba kau
mengental dalam ingatan
kemudian menjelma nyala
api yang membakar igauanku
lalu aku luruh dalam
sebuah risau sembilu
luruh
serupa sayap kapas
melayang di antara
kata kata
yang berserakan di
kaca duka :
musafir itu
kehilangan
alamat
malam yang pekat
Banjarbaru, 2020
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 51.
Nalam Di Atas Danau
bulan kemilau
nalam di atas danau
rindu bertuak
kutambatkan di sinar
rembulan
membiarkan sampan
kecilku mengapung
dalam cumbu ombak di
tengah danau
dengarlah kadundang
bathinku
secupak nira hanyutkan
jiwa merindu
mata berlinang
terkurung dalam bulan
buka jendela
jangan biarkan dirimu terkurung dalam bulan
bukalah jendela
purnama atas nama cinta
uraikan rambut perakmu
seluruh kasih
langit telah kering
mengucurkan air matamu
daundaun pinus telah
basah mendesirkan isakmu
risalah silam
telah ditenggelamkan
ke dasar senja
kutenggelamkan sudah
masasilamku
berabad abad ekstase jiwa di tebing tebing batu
setiap purnama seteguk
nira pengobat rindu
mengapung di kuntum
wajahmu
mari kadundangkan
nalam kita
risalah percintaan
kembara bersama angin
gaun pengantin
elok putri rembulan
menari japin
jangan sekejap pun
wajahmu disaput awan
jangan ada bintang
sembunyikan berlian matamu
menarilah putri
rembulan
menarilah dalam gaun
pengantin
gunung dan rimba telah
lama ditinggal penghuninya
seperti juga bathinku
menarilah dengan
segenap cinta
di atas jiwa mengombak
malam setanggi
wangi bumi kenduri
dipersemayam
biarkan aku surup
dalam mantra tarimu
biarkan aku halimun
dalam mantra gaunmu
agar bumi kenduri
dimana aku bersemayam
di tujuh lapis
mekarnya rindu
di tujuh lapis
wanginya wajahmu
melupa segala dendam
sunyi
melupa segala dendam
asap setanggi
Banjarbaru, 2020
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 52.
Meratus Memalas Banua
senja lembayung
sejauh lereng bukit
suara anggang
lereng bukit memutih
padang ilalang yang
menerbangkan bulu bulu kapas
senantiasa merindu
tanah kelahiran
Meratus
makin lembayung
senja menapak lereng
hutan tak rimba
hentakan kurung kurung
sesayup makin senyap
lelaya di pelataran
balai masih berasap setanggi
harum minyak likat
baburih likat cinta tanah banyu
Meratus
membangun rumah di
hati anak negri
tersebab tanah banyu
kehilangan tempat tinggal
gunung dan rimba
kubangan bumburaya
lembayung senja
hilang di balik bukit
Meratus kelam
Orang orang tak pernah
mau dengar
bagaimana gema
penghabisan keluh
orang tak punya rumah
dan tak tahu lagi asal
usulnya
negeri apa
orang orang tak pernah
mau dengar
keluhan hatinya
sendiri
Banjarbaru,2020
Rindu Yang Tak Usai Usai
cahya rembulan
jatuh di pelataran
juwita malam
angin di rumpun pinus
menggesek biola
merisalahkan
perjalanan malam yang semakin malam
semakin sepi kamar
yang tak berdua
secupak nira merangkai
sajak
merangkai segenap
perjalanan rindu yang tak usai usai
1.
secupak nira
dalam cahya rembulan
merangkai hati
2.
merangkai hati
di kesepian kamar
rembulan pucat
tiba tiba
bayangan itu pelan
melenyap dan senyap
tatkala awan gemawan
berubah gumpalan kabut
kata kata pun berserak
di pelataran
bertuak
bertuak sampai suntuk
malam
sampai angin di rumpun
pinus itu entah ke mana
hanya kelepak lelawa
hanya itu
Banjarbaru, 2020
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 54.
annya
Tak akan terjadi bencana
Surya yang bertengger di ranting
Jatuh kemilaunya ke bibir cangkir
Sungguh tak habis kata syukur
pagi
kirana
di dusun kelahiran
gemercik sungai
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 55.
Mengintip Cupang Di Balik Batu
beranjak senja
Sampai senja tak lagi lembayung
Tidak beranjak
Masih mengintip seekor cupang di balik batu
Dalam riak dan ombak aquarium
Sesekali pelan menampakan separoh tubuhnya
dan sesekali menampakkan ekornya yang mengikas ngibas
air pancuran
jatuh ke atas batu
simponi senja
Tak diduga cupang itu ke luar dari balik batu
Spektrum sisik warna pelangi kemilau
di air bening
Kedua siripnya yang tipis begitu anggun di cahya lampu
Matanya jambon
Dalam takjubnya
Terasa kaki dan tangannya yang lumpuh
dapat digerakan
Dan bibirnya bisa tersenyum
Mulutnya jelas mengucap alhamdulillah dan rasa syukur
menara masjid
mengalun azan magrib
ringan melangkah
Banjarbaru , 2021
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 56.
Kecemasan Meratus
dalam genangan air
tak terdengar lagi kicau
burung setiap membuka jendela
setelah hutan kehilangan rimba dan gunung menjadi danau
hanya tangis hamparan
rumput dalam genangan air
hujan yang berkepanjangan
dan hujan yang di bungkus angin jatuh dari bukit
di atas tebing
air meloncat loncat
bunyi gemuruh
guntung pada melimpah dan lembah pada
gelisah
dusun dusun dikepung banjir dan sebenar lagi
akan tenggelam
suara kecemasan Meratus selalu tidak pernah didengar
sebab banjir dianggap hal yang biasa
di atas bukit
suara burung enggang
balian mati
orang orang pada terjaga dan meratap setelah terjadi bencana banua
tapi adakah yang peduli
mengapa terjadi bencana
di suatu mimbar
orang orang tak pernah
mau dengar keluhan hatinya sendiri
jembatan runtuh
warga dusun terpencil
gawi sabumi
Banjarbaru, 2021
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 57.
Mencari Ibu di Hari Ibu
( rintik mulai turun )
di hari ibu
anak anak berlari
emansipasi wanita yang kehilangan makna
akan menjadikan wanita kehilangan hakikat ibu
sejatinya pejuang adalah
ibu di kala hamil
dan pahlawan di kala bersalin
di alun alun
tinggal separoh ibu
berpayung hitam
siapa nama ibumu
bocah dekil itu menyebut nama ibunya
serupa benar dengan namaku
seseorang metatapnya begitu dalam
tubuh yang kuyup
di dalam kerumunan
ibu di mana
seseorang berhati ibu
anak perempuan bermata bening berkata
ibuku juga miskin melarat dan papa
dulu ibuku sangat kaya dan sangat cantik
bapaku meninggal ketika membela ibu
di bawah payung
lengkingan tangis bayi
dalam gendongan
aku tidak pernah merasakan
kemerdekaan
ketika orang orang mengatakan merdeka
sebab banyak bangsa sendiri yang bermoral penjajah
dan menolak koruptor dihukum mati
aku juga kehilangan ibu
tapi akulah ruh dan jiwa ibumu
yang mengalir dalam nadimu
yang mengalir dialir nafasku
kado buat ibunda
di hari ibu
di tengah hujan terus berlayar :
Izinkan aku mencium ujung tapak kakimu
dan kau kusebut ibu
Banjarbaru, 2021
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 58.
Gerhana Bulan Di Atas Danau Seran
di atas Danau Seran
cakrawala jernih langit menabur bintang
bulan mulai memerah dan bayang bayang mulai redup
jukung
di atas danau pada diam karena semakin tak ombak
tiba tiba sesayup sisigan di juraian cahaya
menyibak fatamorgana menyibak segala duka lara
merenung diri
dalam hening semesta
dalam mata terpejam menapak jalan di relung jiwa
lembar suratan takdir dan menahan air mata agar tak tumpah
pada batang tubuh yang semakin manula
gerhana bulan di dalam renung maha benar firmanmu
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 59
Hakikat Kelahiran
tak sempat tahu entah dari mana seekor kupu kupu terbang di mataku
terbang
serupa tarian radap rahayu
menjadikan kemilau warna sayapnya
entah apa tahu tahu hinggap di jariku yang menisik zikir
di luar ruang tunggu mentari
tak lagi silau tak lagi membuat keringat
manakala lengking tangis debaran jiwa di ruang hening itu
mentari teduh
lahir di ruang hening
kuazankan dalam gendongan
sepasang mata yang bening
menatap dunia ini
dan lengking menyempurnakan tangis adalah jejak langkah pertama di alam semesta
sebab ikrar telah diikrarkan sewaktu masih segumpal darah
dan di pintu hidup
dan kehidupan dilangkahkan
seruan cinta
dari menara masjid
menggita takbir
hakikat anugerah kelahiran adalah amanah dari Allah untuk melestarikan generasi isi dunia
menebar benih perdamaian dan cinta seperti dalam
firmannya di alam semesta
puji syukur yang menerima anugerah rejeki
ini
dan berbahagialah yang mengemban amanah dari ridhonya
sekuntum bunga
dalam belaian angin
pagi
mewangi
si buah hati sekuntum bunga bermandikan
cahya pagi angin menebar wangi
mulut mungil celoteh tangis kecil dan sepasang
mata bola hati terpana
lonjakan tangan dan kaki aku kehabisan kata kata
tak
sempat tahu entah dari mana seekor kupu kupu terbang melayang
dan hinggap di sekuntum bunga
coda :
sempurnakan mekar sekuntum bunga agar mimpi jangan gelisah waktu pagi dibasuh tangisan
kecil tapi aku tak ingin ada yang mengusik ujung
kelopaknya karena tetesan embun adalah suara kerinduan
Banjarbaru, 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar