Rabu, 24 Juli 2024

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke - 20.

 

Misteri Cinta

 

taburan bunga

harum kamar pengantin

malam pertama

 

Adakah yang paling berbahagia

Selain cinta berbunga dalam taman hati

Kamar kasih sayang pintu yang tiada berkunci

Rembulan di kaca jendela

 

Rembulan di kaca jendela

Tapi entah ke mana kala melintas lelawa

Lalu masuk ke tirai sunyi

Sepi sekali

 

menatap wajah

bulan di ombak danau

sarat riwayat

 

Hanyalah danau tempat melabuhkan  gundah tak sudah

Kecipak riak ombak dalam kenduri  ribuan kepak lelawa

Dan awan gemawan di atasnya

Sampai ke batas paling  gulita

 

menapak jejak

sampai ke ujung malam

misteri cinta

 

Bengkulu, 2015

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke - 21.

 

Kamar 00

: Ita R.

 

malam merisau

dua b’las bidadari

bermata jambon

 

Saat membuka mata

Terasa sekali di pertengahan malam

Dinding kamar ada bayang bayang

Timbul dan tenggelam dan samar

 

Kelepak sayap lelawa sungguh tak sudi kudengar

Sebab kesunyian terus juga mengalir mengisi kamar

Penuh bagai danau yang mengombak ngombak

Dan aku mengapung di atasnya tak ubahnya perahu kosong

 

Bayang bayang itu berloncatan memuati perahu

Berkayuh kayuh sampai tubuhku beroleng oleng

Malam semakin malam

Dan lelawa berkerumun entah dari mana mana

 

mataku perih

embun di ujung daun

mencuci risau

 

Banjarbaru, 2016

 

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke - 22.

 

Debar Jiwa Tenggelam Matahari

 

semakin senja

gelora ombak laut

debaran jiwa

 

Tak letih di batu karang memandang sejauh laut

Menunggu kau akan bersilam di kaki langit

Debur ombak di karang debaran jiwa merindu

Senja tak sudah yang tak pernah bersua sudah

 

gelisah laut

senja di ombang ombak

pecah di pantai

 

Masih di batu karang menunggumu

Lembayung menggitakan  ayat ayat cinta

Mengantar kau ke paling ufuk

Mega mega berarak serupa kemboja kuning  sedang mekar

 

senja berusai

masuk ke ranjang malam

mimpi renjana

 

Laut mengombakan  narasi matahari tenggelam

Semilir angin menggitakan ayat ayat cinta

Melunaskan rindu dendam bangku bangku batu karang

Buih disepanjang pantai mendesirkan senyuman

 

Gunung Bamega,  2016

 

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke - 23.

 

Aku Rindu Borneo

dupa lalaya

leluhur aruh ganal

turun temurun

 

Sejauhjauh pedusunan bersemayam Paramasan

Berpagar gunung dan lembah ialah pertapa yang menyimpan misteri sunyi

ke dalam kitab kaharingan

Balai Remain tempat membakar behiuk menyan

dan rohroh nenek moyang memapai kur sumangat bagi anak cucu

Simpul adat turuntemurun         

 

Inilah kesunyian murni

Napas Paramasan yang menapaskan kearifan

Kemurnian kehidupan yang terpatri dalam kerukunan adat

Setiap tahun tak luput dari pegangan

Bawanang merenda kehidupan dayak meratus

 

ayat  bawanang

di timur matahari

bangkit roh padi

 

Bawanang adat Bapalas

Mengalir darah dalam tempurung

Mengaliri tanah huma tugal

Mengusir segala macam penyakit dan hama

Menumbuhkan rohroh padi yang melahirkan kemakmuran

Dalam Salawat Sahaya Hyang Raja Batara

 

tiang lalaya

pitung simpaian  rotan

balai mentari

 

Sesudah itu adat Bamula memapaikan harumnya kukus behiuk dan  minyak likat baburih

Menyambut hamparan padi yang menguning

Gemerincing gelang hyang tandik balian di panggung Lalaya

Bamamang ditujuh batang padi tujuh gulung rotan pengikat

Daun hibak,daun riribu, daun mada, daun jubung, daun lilinting pagat, daun sirih banaik, daun bintarung dan daun tamparakai hiasan panggung adalah

Rezeki berlimpah dalam filosofisnya

Dayak meratus siapakah lagi yang patut mengenangnya

 

gunung ke lembah

sumpah roh nenek moyang

Borneo punah

 

Sebab kedamaian hakiki yang tertulis dalam kitab keharingan

Telah tercemar

Penambang intan dan emas yang datang

Membunuh riamriam dan sungaisungai

Puakapuaka terusir ke padang kedawang

Paramasan berduka

Paramasan berduka dalam tapa yang menyimpan misteri sunyi

 

Banjarbaru, 2016

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke - 24.

 

Dalam Zen Membaca Alam

 

dupa setanggi

tujuh kuntum melati

rembulan emas

 

Rembulan emas masuk ke dalam kamar manakala jendela terbuka

Angin dingin yang bergegas membawa aroma dupa

Kau kah yang tersenyum rambut  bersunting tujuh kuntum melati

Mengusik sukmaku dalam hening zen

 

dalam hening zen

denyut nadi bertasbih

ribuan bintang

 

Tujuh kuntum melati kau petik dari rahim malam

Dimandikan dalam cahaya emas rembulan

Kau asapkan dalam kepulan dupa setanggi

Mengusik  tasbihku dalam membaca alam

 

membaca alam

sampai lembayung fajar

makna hayati

 

Banjarbaru, 2016

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke - 25.

 

Narasi Suatu Malam

 

angin membelai

bulan di ujung ranting

rindu berayun

 

Senandung juwita malam dari rerumpun sunyi

Merayap ke kamar yang hampa kekasih hati

Hampa yang luput dari bingkai seraut wajah

Adalah rindu yang berayun di ranting malam

 

di ranting malam

kenangan masa silam

notasi rindu

 

Kesunyian malam teramat sepi

Terasa semilir angin menggesek dedaunan

Memuput sampai jauh kerelung hati

Bayangan wajah terlukis serupa entah

 

serupa entah

wajah di dinding kamar

bulan menetes

 

Bulan menetes di ujung ranting malam

Dan senandung juwita malam disemilir angin

Masih juga dalam untaian notasi impian

Serupa aduh

 

serupa aduh

dikedalaman malam

jiwa yang sunyi

 

Banjarbaru, 2016

 

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke - 26.

 

Kurung Kurung Di Bukit Meratus

 

kembang ilalang

putih bukit Meratus

riuh kungkurung

 

Di atas tanah Meratus yang retak  tiada berhutan rimba lagi

pelintasan  angin pohn yang jatuh dari puncak gunung

padang ilalang kembangnya memutihi  bukit

Riuh kurung kurung sampai ke lembah dan riam riam

 

tandik Balian

kenduri kurung kurung

menyaru hujan

 

Tandik Balian Bawo menggali sumur langit dalam bubusan asap behiuk

Eee iyyahu  Hyang Raja Batara ruh banih bamandi di  Balai Remain

Eee iyyahu darah dalam tempurung altar lalaya mengaliri tanah huma

Roh roh nini datu memapai kur sumangat  banua melahirkan kemakmuran

 

adat leluhur

pisit turun temurun

anak banua

 

Kenduri  kurung kurung mengusir  bala hutan rimba yang dijarah

Gunung yang runtuh mengepulkan uap fosil batu bara

Tempat bersemayamnya ruh ruh kehidupan bagi anak banua

Eee iyyahu Kembang ilalang putih bukit Meratus

 

Banjarbaru, 2017

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke - 27.

 

Puisi Buat Aung San Suu Kyi

 

di atas bumi

eloknya perdamaian

pancaran surya

 

Sungguh batinmu terluka lantaran di muka bumi ini

Selalu terjadi persengketaan manusia yang tak pernah usai usai

Matamu perih lantaran penjajahan dan manusia saling membunuh

Bantai membantai perkosaan penghancuran

 

Hati nuranimu bangkit lantang menyuarakan perdamaian dunia

Hak azasi manusia dan nilai luhur kemanusiaan

Di mimbar di perkumpulan di media cetak dan elektronik

Ratusan tulisan karya monumental tersebar dan terhimpun

di seluruh dunia

Dan nobel perdamaian dunia dianugerahkan bagimu Aung San Suu Kyi

 

Tetapi tatkala di negrimu terjadi persengketaan manusia

Manusia saling membunuh bantai membantai

Pemberangusan pemukiman dan perkampungan

Perkosaan dan beberapa dalih yang dihalalkan

Kemana engkau Aung San Suu Kyi ?

 

Di antara mayat dan jasad terkapar di negrimu

Dan jeritan orang orang yang tak berdosa

Jerit tangis anak anak yang tubuhnya dicabik cabik peluru

Dan pengungsi berduyun duyun menyelamatkan diri

Kau berdiri di atasnya tetapi bukan Aung San Suu Kyi peraih nobel itu

Melainkan Aung San Suu Kyi yang menghianati hati nuraninya sendiri

 

hujan mesiu

masih pantaskah nobel

di negri ini

 

Banjarbaru, 2017

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke - 28.

 

Narasi Angan Suatu Malam

 

serupa pungguk

malam nian merisau

tiada bulan

 

Berkali kali menyempurnakan angan angan

Tatkala awan gemawan mengandung mendung

Wajah tengadah di jendela kaca

Langit kelabu

 

langit kelabu

setiap malam tiba

di ranjang waktu

 

Apatah lagi sedemikian pepohonan tiada angin

Malam kehilangan makna sunyi

Serupa pungguk di cangkang sepi

Merangkai angan

 

merangkai angan

sonder pupus harapan

suatu malam

 

Suatu malam wajahmu dalam kenangan

Merajut cinta

Meracik duka

 

Banjarbaru, 2016

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke - 29.

 

Sekuntum Rindu

 

bunga kenanga

rangkaian kerinduan

bulan bercahya

 

Di balik rerimbun daun ada cahaya bulan 

Dan suara kepak lelawa di antara kesiur angin

Menjadikan malam semakin juwita

Semakin menari bayang di ranting sunyi

 

kau kah di sana

kala bulan bergantung

di ujung ranting

 

Cahaya menyibak dedaunan

Siluet menari di kaca jendela

Kamar sungguh semerbak harumnya bunga

Dikedalaman hati membuncah dendam rindu

 

membuncah rindu

diuntaian kenanga

bulan menghilang

 

Di puput malam bayangan itu semakin memaya

Mana kala rembulan itu menyimpan cahayanya

Jauh di dalam rerimbun daun

 

Banjarbaru, 2016

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Arsyad Indradi    Khabar Dari Dusun 10 0 Haisi Indonesia   Ilustrasi Cover :   Alvin Shul Vatrick Penerbit : ...Kelompok Stud...