Haisi ( 詩俳句 ) ke - 20.
Misteri Cinta
taburan bunga
harum kamar pengantin
malam pertama
Adakah yang paling berbahagia
Selain cinta berbunga dalam taman hati
Kamar kasih sayang pintu yang tiada
berkunci
Rembulan di kaca jendela
Rembulan di kaca jendela
Tapi entah ke mana kala melintas lelawa
Lalu masuk ke tirai sunyi
Sepi sekali
menatap wajah
bulan di ombak danau
sarat riwayat
Hanyalah danau tempat melabuhkan gundah tak sudah
Kecipak riak ombak dalam kenduri ribuan kepak lelawa
Dan awan gemawan di atasnya
Sampai ke batas paling gulita
menapak jejak
sampai ke ujung malam
misteri cinta
Bengkulu, 2015
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 21.
Kamar 00
: Ita R.
malam merisau
dua b’las bidadari
bermata jambon
Saat membuka mata
Terasa sekali di pertengahan malam
Dinding kamar ada bayang bayang
Timbul dan tenggelam dan samar
Kelepak sayap lelawa sungguh tak sudi
kudengar
Sebab kesunyian terus juga mengalir
mengisi kamar
Penuh bagai danau yang mengombak ngombak
Dan aku mengapung di atasnya tak ubahnya
perahu kosong
Bayang bayang itu berloncatan memuati
perahu
Berkayuh kayuh sampai tubuhku beroleng
oleng
Malam semakin malam
Dan lelawa berkerumun entah dari mana
mana
mataku perih
embun di ujung daun
mencuci risau
Banjarbaru, 2016
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 22.
Debar Jiwa Tenggelam Matahari
semakin senja
gelora ombak laut
debaran jiwa
Tak letih di batu karang memandang
sejauh laut
Menunggu kau akan bersilam di kaki
langit
Debur ombak di karang debaran jiwa
merindu
Senja tak sudah yang tak pernah bersua
sudah
gelisah laut
senja di ombang ombak
pecah di pantai
Masih di batu karang menunggumu
Lembayung menggitakan ayat ayat cinta
Mengantar kau ke paling ufuk
Mega mega berarak serupa kemboja
kuning sedang mekar
senja berusai
masuk ke ranjang malam
mimpi renjana
Laut mengombakan narasi matahari tenggelam
Semilir angin menggitakan ayat ayat
cinta
Melunaskan rindu dendam bangku bangku
batu karang
Buih disepanjang pantai mendesirkan
senyuman
Gunung Bamega, 2016
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 23.
Aku Rindu Borneo
dupa lalaya
leluhur aruh ganal
turun temurun
Sejauhjauh pedusunan bersemayam
Paramasan
Berpagar gunung dan lembah ialah pertapa
yang menyimpan misteri sunyi
ke dalam kitab kaharingan
Balai Remain tempat membakar behiuk
menyan
dan rohroh nenek moyang memapai kur
sumangat bagi anak cucu
Simpul adat turuntemurun
Inilah kesunyian murni
Napas Paramasan yang menapaskan kearifan
Kemurnian kehidupan yang terpatri dalam
kerukunan adat
Setiap tahun tak luput dari pegangan
Bawanang merenda kehidupan dayak meratus
ayat bawanang
di timur matahari
bangkit roh padi
Bawanang adat Bapalas
Mengalir darah dalam tempurung
Mengaliri tanah huma tugal
Mengusir segala macam penyakit dan hama
Menumbuhkan rohroh padi yang melahirkan
kemakmuran
Dalam Salawat Sahaya Hyang Raja Batara
tiang lalaya
pitung simpaian rotan
balai mentari
Sesudah itu adat Bamula memapaikan
harumnya kukus behiuk dan minyak likat
baburih
Menyambut hamparan padi yang menguning
Gemerincing gelang hyang tandik balian
di panggung Lalaya
Bamamang ditujuh batang padi tujuh
gulung rotan pengikat
Daun hibak,daun riribu, daun mada, daun
jubung, daun lilinting pagat, daun sirih banaik, daun bintarung dan daun
tamparakai hiasan panggung adalah
Rezeki berlimpah dalam filosofisnya
Dayak meratus siapakah lagi yang patut
mengenangnya
gunung ke lembah
sumpah roh nenek moyang
Borneo punah
Sebab kedamaian hakiki yang tertulis
dalam kitab keharingan
Telah tercemar
Penambang intan dan emas yang datang
Membunuh riamriam dan sungaisungai
Puakapuaka terusir ke padang kedawang
Paramasan berduka
Paramasan berduka dalam tapa yang
menyimpan misteri sunyi
Banjarbaru, 2016
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 24.
Dalam Zen Membaca Alam
dupa setanggi
tujuh kuntum melati
rembulan emas
Rembulan emas masuk ke dalam kamar
manakala jendela terbuka
Angin dingin yang bergegas membawa aroma
dupa
Kau kah yang tersenyum rambut bersunting tujuh kuntum melati
Mengusik sukmaku dalam hening zen
dalam hening zen
denyut nadi bertasbih
ribuan bintang
Tujuh kuntum melati kau petik dari rahim
malam
Dimandikan dalam cahaya emas rembulan
Kau asapkan dalam kepulan dupa setanggi
Mengusik
tasbihku dalam membaca alam
membaca alam
sampai lembayung fajar
makna hayati
Banjarbaru, 2016
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 25.
Narasi Suatu Malam
angin membelai
bulan di ujung ranting
rindu berayun
Senandung juwita malam dari rerumpun
sunyi
Merayap ke kamar yang hampa kekasih hati
Hampa yang luput dari bingkai seraut
wajah
Adalah rindu yang berayun di ranting
malam
di ranting malam
kenangan masa silam
notasi rindu
Kesunyian malam teramat sepi
Terasa semilir angin menggesek dedaunan
Memuput sampai jauh kerelung hati
Bayangan wajah terlukis serupa entah
serupa entah
wajah di dinding kamar
bulan menetes
Bulan menetes di ujung
ranting malam
Dan senandung juwita malam disemilir
angin
Masih juga dalam untaian notasi impian
Serupa aduh
serupa aduh
dikedalaman malam
jiwa yang sunyi
Banjarbaru, 2016
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 26.
Kurung Kurung Di Bukit Meratus
kembang ilalang
putih bukit Meratus
riuh kungkurung
Di atas tanah
Meratus yang retak tiada berhutan rimba lagi
pelintasan angin pohn yang jatuh dari puncak gunung
padang ilalang kembangnya memutihi bukit
Riuh kurung kurung sampai ke lembah dan
riam riam
tandik Balian
kenduri kurung kurung
menyaru hujan
Tandik Balian Bawo menggali sumur langit
dalam bubusan asap behiuk
Eee iyyahu Hyang Raja Batara ruh banih bamandi di Balai Remain
Eee iyyahu darah dalam tempurung altar
lalaya mengaliri tanah huma
Roh roh nini datu memapai kur
sumangat banua melahirkan kemakmuran
adat leluhur
pisit turun temurun
anak banua
Kenduri kurung kurung mengusir bala hutan rimba yang dijarah
Gunung yang runtuh mengepulkan uap fosil
batu bara
Tempat bersemayamnya ruh ruh kehidupan
bagi anak banua
Eee iyyahu Kembang ilalang putih bukit
Meratus
Banjarbaru, 2017
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 27.
Puisi Buat Aung San Suu Kyi
di atas bumi
eloknya perdamaian
pancaran surya
Sungguh batinmu terluka lantaran di muka
bumi ini
Selalu terjadi persengketaan manusia
yang tak pernah usai usai
Matamu perih lantaran penjajahan dan
manusia saling membunuh
Bantai membantai perkosaan penghancuran
Hati nuranimu bangkit lantang
menyuarakan perdamaian dunia
Hak azasi manusia dan nilai luhur
kemanusiaan
Di mimbar di perkumpulan di media cetak
dan elektronik
Ratusan tulisan karya monumental
tersebar dan terhimpun
di seluruh dunia
Dan nobel perdamaian dunia dianugerahkan
bagimu Aung San Suu Kyi
Tetapi tatkala di negrimu terjadi
persengketaan manusia
Manusia saling membunuh bantai membantai
Pemberangusan pemukiman dan perkampungan
Perkosaan dan beberapa dalih yang dihalalkan
Kemana engkau Aung San Suu Kyi ?
Di antara mayat dan jasad terkapar di
negrimu
Dan jeritan orang orang yang tak berdosa
Jerit tangis anak anak yang tubuhnya
dicabik cabik peluru
Dan pengungsi berduyun duyun
menyelamatkan diri
Kau berdiri di atasnya tetapi bukan Aung
San Suu Kyi peraih nobel itu
Melainkan Aung San Suu Kyi yang
menghianati hati nuraninya sendiri
hujan mesiu
masih pantaskah nobel
di negri ini
Banjarbaru, 2017
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 28.
Narasi Angan Suatu
Malam
serupa pungguk
malam nian merisau
tiada bulan
Berkali kali
menyempurnakan angan angan
Tatkala awan gemawan
mengandung mendung
Wajah tengadah di
jendela kaca
Langit kelabu
langit kelabu
setiap malam tiba
di ranjang waktu
Apatah lagi sedemikian
pepohonan tiada angin
Malam kehilangan makna
sunyi
Serupa pungguk di
cangkang sepi
Merangkai angan
merangkai angan
sonder pupus harapan
suatu malam
Suatu malam wajahmu
dalam kenangan
Merajut cinta
Meracik duka
Banjarbaru, 2016
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 29.
Sekuntum Rindu
bunga kenanga
rangkaian kerinduan
bulan
bercahya
Di balik rerimbun daun
ada cahaya bulan
Dan suara kepak lelawa
di antara kesiur angin
Menjadikan malam semakin
juwita
Semakin menari bayang di ranting
sunyi
kau kah di sana
kala bulan bergantung
di ujung ranting
Cahaya menyibak dedaunan
Siluet menari di kaca
jendela
Kamar sungguh semerbak
harumnya bunga
Dikedalaman hati
membuncah dendam rindu
membuncah rindu
diuntaian kenanga
bulan menghilang
Di puput malam
bayangan itu semakin memaya
Mana kala rembulan itu
menyimpan cahayanya
Jauh di dalam rerimbun
daun
Banjarbaru, 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar