Selasa, 23 Juli 2024

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke -60

 

Stanza Senandung Malam

 

kilau rembulan

membingkai dinding kamar

sketsa memori  

 

tak seperti malam malam kemarin bulan malam ini memberi cahaya yang lain

kilau menggali ingatan  menggali kenangan dari eksplorasi perjalanan hayati

merenung sketsa itu merenung sampai ke dasar malam

di luar kelepak sayap lelawa

sayup sayup

                                                                                                                               

taburan bintang

di atas kolam tua

pelagu stanza

 

di balik kaca jendela

musafir fakir itu menahan air mata menatap kerlip bintang di atas kolam

menatap jauh ke relung jiwanya yang sunyi

di balik kaca jendela

kau kah bersenandung tentang cinta ?

 

lahir sonder ibu bapa

menaruh keyakinan di balik angan angan

sebuah impian sonder sakwa sangka

sebuah renungan :

 

akhir Desember  

eksplorasi hayati                                                                                                                                                           

sebuah milad

 

Banjarbaru, 2021

 

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke -61

 

Siluet Malam

 

tuhan di mana

jangan tinggalkan aku

siluet malam

 

di atas sajadah

tak letih aku mengetuk pintu rumahmu 

ketika sampai di kulminasi sujud belum juga kau bukakan pintu

dalam hening di malam  gasal

tak letih untai zikir ruas ruas jari mendaki Jabal Rahmahmu

dan kulapal asma asmamu sampai bulan bercahaya penuh 

 

semua fana

apa yang dibanggakan

ruang yang gelap

 

bayang bayang  itu jatuh di ubin lantai dalam cahya yang kehilangan terang

keduniaan adalah pana

kau berkata : jika kau ingat akan aku maka aku pun  akan ingat kamu

dan aku akan datang sebelum kau mencariku

tatkala bangun tidur dan membuka jendela  

kokok ayam jantan membuka pintu fajar

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                         

alhamdulillah

masih diberi nafas

melihat fajar

 

Banjarbaru, 2021

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke -62

 

Kehilangan Sungai

 

di ujung lanting

ilung ilung larutan

pasang pindua

 

apa yang kau renungkan berlama lama duduk di ujung lanting

sudah berapa rumpun ilung larut di arus sungai pasang pindua

bulan mengapung dan bayangan sunyi pohon rambai di tepi sungai

sungai yang sudah banyak yang mati

tapi orang orang masih suka menyebut kotanya kota seribu sungai

 

merindu sungai

teman main jukungan

semasa kecil

 

rumah lanting di tepian sungai  banyak menyimpan riwayat banua

di tempat ini di mana aku dilahirkan di bawah kerlip pelita

dan semasa kecil sungai  teman bermain jukungan

rumah lanting tempat belajar sembahyang dan mengaji

rumah lanting sudah tiada lestari lagi

 

pagi berkabut

pasar terapung sepi

hanyalah ilung

 

Banjarbaru, 2021

 

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke -63

 

Perang Melawan Covid

di jalan lengang

anjing mengais sampah

siang menyengat

 

perkampungan tua ini entah ke mana penghuninya

angin menerbangkan debu dan dedaunan pohon yang meranggas di tepi jalan

perkampungan tua ini begitu lengang  dan panas menyengat

sonder aktivitas orang di luar rumah hanya anjing mengais sampah

 

setiap lewat

ambulance yang meraung

jantung berdebar

 

pintu rumah pada tertutup rapat dan orang orang melihat di balik kaca jendela

dengan jantung berdebar kala ambulance yang meraung melintas jalan

di malam hari raung ambulance menjadikan perkampungan tua ini sepi dan sunyi  lebih mencekam

entah bagaimana nasib orang orang kecil menghadapi bala dan bencana ini yang tiada tentu kapan berakhir selama lockdown

 

suara gagak

serak di malam hari

wabah corona

 

orang orang masih bersengketa saling membantai saling membunuh perang tak berkesudahan karena kesombongan angkuh serakah dan kebencian

di negeri ini koruptor tak pernah mati

sedang covid mewabah sampai ke pelosok dunia

 

bahana azan mengantar fajar menyingsing lembayng jagat semesta :

 

mentari terbit

bangkit perang semesta

melawan covid

 

Banjarbaru, 2021

 

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke - 64

 

Slendro Negri Tercinta

 

kidung perawan

di bukit menghijau teh

kemilau pagi

 

dari kulminasi Puncak halimun pecah dan embun merenyai 

di hamparan dedaunan teh serupa  manik manik dalam kilau lembayung fajar

nun di timur surya mulai bangkit merdu nyanyian burung kidung perawan Bandung

jemari lentik menari di tangkai daun berkisah tentang eloknya kedamaian alam semesta

Indonesia negri tercinta

 

entah siapa

berkidung pagi hari

negri tercinta

 

semilir angin gemulai tangkai daun teh berayun seekor capung merah

dari dangau asmaradana negri tanah pusaka aransir slendro suling kecapi  

jemari lentik perawan perawan memetik daun teh berselendang  cahya surya pagi

putri sejati ibu  pertiwi

 

entah siapa

melintas pagi hari

manis senyuman

 

“entah siapa menanak nasi

menanak nasi beras pilihan

entah siapa melinas tadi

putri pertiwi manis senyuman”

 

Banjarbaru, 2021

 

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke - 65

 

Bawanang Memanggil Hujan

 

astana Sang Hyang

kenduri tolak bala

kemarau panjang

 

bamamang membakar behiyuk putih dan asapnya melayang ke puncak gunung di mana sekalian roh bersemayam

di mana tanah malai yang bangkang dan gemerincing gelang hyang tandik balian surup di ambin lalayan    

tujuh lembar daun sirih basampuk urat  linik di kunyah lalu di sembur ke matahari pajah

eeihiyauwo hu ho hum Sahaya Hyang Raja Batara minyak likat baburih dalam kalanye harum di tujuh lapis langit 

dengar dengar ulun bahiyaw dengar dengar ulun manyaru pian turun di kukus manyan pian datang di   kukus dupa

 

rung kurung kurung

kangkurung mangariaw

memanggil hujan

 

konser kurung kurung di balai remain riuh sampai kepenghabisan burung berbunyi

mamang balian bawo batandik di tujuh lapis bumi

eeihiyauwo hu ho hum hyang batara sukmakala hiyang gunung hiyang guntung hiyang gua hiyang riam

harum di padang mirah padang darah tunggul tunggal

dalam kalanye lamang hintalu dalam kalanye darah manuk

Eeihi hyang nini datu

Eeihi hyang nini datu hu ho hum

 

adat bawanang

kenduri tanah malai

turun temurun

 

Banjarbaru, 2021

 

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke - 66

 

Dermaga Cinta

 

semburan ombak

buih cinta memutih

soneta senja

 

pantai Sarang Tiung memberi warna eksotik lain laut melahirkan ombak yang senantiasa bercerita tentang pesona Kotabaru gunungnya bamega dan karang laut adalah bunga dari sebuah mimpi

di pantai itu seorang perawan bermain ombak tubuhnya memutih buih

di batas laut lembayung surya berdendang tentang eloknya kesetiaan cinta kala sang kekasih lama pergi ke laut senja

 

hanyalah laut

tempat curahan hati

senandung senja

 

rindang ketapang daun melayang jatuh di pasir yang mendesir buih yang memutih
melabuh duka nestapa mengarung seluas luas laut di puncak ombak jiwa bertahta

hopla terbang burung di sayap angin terbang ke kulminasi imperium cinta

hanyalah laut tempat curahan hati gemuruh ombak yang tak pernah diam

 

alun gelombang

kapal menembus senja

dermaga cinta

 

sepanjang pantai

ombak masih meninggalkan tapak jejak riwayat tatkala lembayung senja

mengapung di batas laut

dermaga cinta

aku masih berdiri di sana memandang seluas luas laut

tak mampu menerjemahkan betapa agungnya sebuah  cinta  

 

Banjarbaru, 2021

 

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke - 67

 

Angin Menggesek Biola

 

desir mendesir

pepucuk pohon pinus

malam temaram

 

angin berujar mimpi adalah impian tapi tak sebab kelepak sayap lelawa mengejar laron di dalam  cahya tersebab dalam cahya impian serupa angan angan yang lahir dari keinginan

 

suatu malam

bayangan itu pergi

ini terakhir

 

bulan memberi acap bayangan silam yang selalu tersirat dalam riwayat perjalanan musafir rindu

malam itu sejak bulan di balik mendung awan tak pernah lagi secangkir kopi memberi arti

ini terakhir

 

bulan lembayung

di tengah malam sunyi

Love me like you do

 

malam dan bulan berpadu dalam sunyi di kaca jendela

angin di pepucuk pohon pinus menggesek biola

lirih di relung jiwa

 

Banjarbaru, 2021

 

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke - 68

 

Dikesunyian Sunyi

 

lelawa terbang

melintas di beranda

tebaran sunyi

 

sunyi menjadikan mata terpejam

entah bagaimana hari esok

jalan yang membentang mesti ditempuh

semata sunyi di lubuk angan angan

 

semata sunyi

kerlip gugusan bintang

menapak jejak

 

serupa pungguk dikesunyian memanggil bulan

mencari ke segenap rerimbun daun 

menapak jalan entah ke mana jejak arah

akan ke luar dari takdir? atau kembali berupa entah

 

akhir Desember

flamboyan  berguguran                

miladku sunyi

 

 

 

Banjarbaru, 2021

 

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke - 69

 

Milad Kemerdekaan

 

lelampu kecil

kerlip di pohon hayat

kenduri milad

 

di ruang jiwa masih setia merangkai pohon kehidupan dari lembar usia

merenda lampu lampu sejarah di sekujur tubuhnya  

cinta tanah air tak pernah letih di roda zaman

tak pernah surut dari tantangan dan ujian

 

kenduri milad

hari kemerdekaan

di ladang jagung

 

di tanah ini gugurnya para pahlawan mengusir penjajah

di sebuah dusun yang terpencil di lereng bukit

ladang jagung  yang subur di tanah sejarah

jagung  jantungnya kehidupan sebuah dusun

 

di ladang jagung

senandung daun jagung

hymne aubade

 

Banjarbaru, 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Arsyad Indradi    Khabar Dari Dusun 10 0 Haisi Indonesia   Ilustrasi Cover :   Alvin Shul Vatrick Penerbit : ...Kelompok Stud...