Rabu, 24 Juli 2024

Haisi ( 詩俳句 ) ke - 40

 
Terima Kasih Kekasih
 
alhamdulillah
masih diberi nafas
melihat fajar
 
Di ujung dini hari
Fajar mulai berpendar  dari balik gunung  dan pelan langit lembayung
Dan sejak tadi halimun merenyai serupa tirai salju
dan pada dedaunan bertabur manik manik dengan cahya kemilau
Semesta hening
Hening sampai meresap kesebuah kamar
 
di ujung daun
butiran embun jatuh
bunyi menetes
 
Syahdu sampai menyentuh ke lubuk hati diri yang fakir
sajadah basah linang air mata meniti batu tasbih meniti untaian doa
Bermuraqabah sebelum pagi tiba
Sebelum usai kokok ayam jantan  di ujung rimba
 
menata hati
di wewangian bunga
narasi pagi
 
Terima kasih kekasih
 
Banjarbaru, 2020
 
 
 
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 41
 
Wangi Segenap Cinta
 
masih mewangi
sampai beranjak pagi
mimpi yang mekar
 
kicau burung dan bunga rumput mengucap salam
tak habis ucapan syukur kala lembayung fajar membuka pintu pagi
embun membasuh jiwa
membasuh debu jejak langkah musyafir yang tak pernah letih
 
tak pernah letih
membaca makna alam
fajar menyingsing
 
daun daun tafakur dalam hening semesta
suara air di sela batu batu anak sungai mengalir doa
dan di depan jendela kaca musyafir itu berkata :
hanya kepadamu kekasih kupersembahkan segenap cinta
 
kuntum melati
putih bunga yang mekar
pagi mengharum
 
harum mimpi di gaun malam
waktu pagi masih mewangi
wangi segenap cinta
 
Banjarbaru, 2020
 
 
 
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 42.
 
Love Journey In My Life
 
suatu malam
kenangan dalam rindu
Story of My Life
 
Kelepak lelawa melintas kaca jendela menyebar sepi di jalan jalan
Lampu jalanan blur oleh embun yang turun sejak bulan tiada
Kamar tiada berdua
Dedaunan pinus menggesek biola
Menggesek kenangan lama
 
kenangan lama
mekar di pembaringan
malam gulita
 
Malam semakin malam semakin sepi
Entah siapa yang bersenandung dalam sepoi angin :
Tak kan terhapus yang tertulis di dinding kamar
Adalah harapan pada hakikat cinta di lubuk hati yang paling dalam
 
menggali cinta
sampai ke batas fajar
penghuni jiwa
 
Sungguh tak habis bahasa menerjemahkan cinta itu
Love is on the journey of life
Kekasih
Hanya kepadamu aku berpihak
 
Banjarbaru, 2020
 
 
 
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 43.
 
Dendang Jukung Tambangan
 
bayangan bakau
saat kemilau senja
sunyi mengapung
 
jukung tambangan masih setia menyisir tepian Sungai Barito
walau sungai itu menyimpan riwayat kota yang kehilangan kebanggaan sungai seribu sungai
banyak orang yang mengaku asli orang banua bahkan banyak yang bernama pangeran dan banyak datuk di lembaga adat
tapi apakah artinya sebuah kota bertuliskan kota seribu sungai pada lawang sekepeng
jukung itu berdendang memecah kesunyian rantawan :
senandung silagu badan di arus banyu dilintasi
pangayuhku kayu palawan karam janganlah karam di hati
 
bunyi serunai
di sungai Martapura
malam berkayuh
 
tak terhitung lagi orang berdiskusi seminar atau bapandiran gagasan membangkit batang terendam
dan entah berapa kertas kerja sudah dibukukan
tanapi jukung tambangan masih setia menyisir tepian sunyi
 
tak kan tenggelam
cinta jukung tambangan
di roda zaman
 
tambangan itu masih berdendang memecah kesunyian tanah Banjar
senandung silagu badan di arus banyu dilintasi
pangayuhku kayu palawan karam janganlah karam di hati
 
Banjarbaru, 2020
 
 
 
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 44.
 
Malam Stanza Buat Sang Kekasih
 
malam setanggi
kerlip bintang kejora
pelagu stanza
 
di separuh malam kaukah si pungguk yang memanggil manggil rembulan
di antara taburan bintang atau direrimbun daun atau di dalam hatimu yang berkegelapan
sungguh malang orang yang berjalan pada persimpangan jalan dan bergumul dengan bimbang
tersebab masih belum usai usai pada sebuah harapan
 
bulan itu muncul entah dari mana :
 
bulan lembayung
di tengah malam sunyi
senandung stanza
 
lalu beranjak dari pembaringan waktu dan membuka jendela
angin malam yang menghembuskan kenangan masa silam
bertetesan sampai ke ubin lantai sampai basah sekujur kamar ingatan
tidak beranjak masih menatap dirinya
 
suatu malam
bayangan itu pergi
ini terakhir
 
dan lelaki itu tidak beranjak masih menatap dirinya
angin malam yang berembus membawa senandung pelagu stanza
sampai basah sekujur kamar ingatan
sampai bayangan itu pergi
 
Banjarbaru, 2020
 
 
 
 
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 45.
 
Lantun Asmaradana Seruling Bambu
 
di bawah batu
katak tua mengharap
guntung berair
 
angin meniup debu jalanan yang belum beraspal
lengket di rumah rumah perumahan yang terbengkalai
di lereng bukit pepohonan meluruhkan daun daunnya
berserak di jalan yang sunyi
 
jalan ke desa
suasana yang lengang
bunyi tonggeret
 
bunyi tonggeret berpadu dengan letupan buah para sampai ke lembah
di daun daun ilalang belalang merah pada bergayut dalam belaian angin
dari sebuah dangau kebun jagung lantun asmaradana seruling bambu
subhanallah maha benar segala firmannya
di balik suasana ini hikmah dan nikmat yang patut disyukuri
 
demi k’luarga
jamu gendong ke kota
di remang pagi
 
masih lekat teringat petuah leluhur :
hidup bukanlah sewaktu mati
dan mati sewaktu hidup
 
Banjarbaru, 2020
 
 
 
 
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 46.
 
Di Kota Tua Membaca Diri
 
selembar daun
luruh dari tangkainya
ke ujung senja
 
di suatu senja
angin meluruhkan selembar daun
luruh ke sungai
ketika alir menghanyutkan daun itu jauh sampai ke muara
zikirnya masih terdengar
 
suatu senja
daun jatuh ke batu
menyebut tuhan
 
di senja kali ini
selembar daun jatuh melayang layang
jatuh menimpa batu
tak sempat mengeluh atau jeritan
hanya menyebut nama tuhan
 
di kota tua
rerimbun pohon persik
bayangan senja
 
tafakur membaca alam membaca diri yang fana
eksplorasi perjalanan hidup dan kehidupan ini mesti punya arti
pada sebuah rumah abadi
 
Banjarbaru, 2020
 
 
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 47.
 
Minyak Balian Menghidupkan Orang Mati
 
minyak balian
gerincing gelang hiyang
mayat pun hidup
 
Cakar membongkar kubur
Mayat harus dihidupkan
Mayat yang hidup lebih manis dari madu wanyi
Lebih gurih dari barangka manu
Lebih harum dari asap kemenyan
Lalu iya menyembur mamang : Ranying Hatatis Hiang Pi Umbung
Masuklah dalam kelenya masuklah dalam bahalai
Sebelum aku makan makanlah isi ancak
Makanlah dalam nawuluh lulung pasike minumlah darah manu dalam sasiri
Aku manyaru ruh ruh di asap gunung gunung
 
tubuh bertato
gelang hiyang di tangan
surup batandik
 
Iya pun mengubah dirinya menjadi wadian bawo
Mata merah mencorong mulut mendesis
Lalu batandik mengelilingi mayat yang membujur di kelenya
Dalam bubusan asap kemenyan
Minyak balian dioleskan di kening mayat dan mayat itu hidup kembli
 
Menjadi tradisi masyarakat itu setiap orang mati dan baru dikubur
Hahus dijaga selama satu minggu
Khawatir kubur terbongkar dan mayatnya hilang
 
Banjarbaru, 2020
 
 
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 48.
 
Konser Kungkurung Kecemasan Anak Negri
 
kembang ilalang
putih lereng Meratus
sayup kungkurung
 
angin berhembus membawa uap panas posil batu bara
dari lapisan bumi yang hitam membara
gunung batu bara telah menjadi danau menjadi kubangan bumburaya
tanah meratus kerontang
( sesayup tabuh kungkurung  dari rumah balai )
 
astana Sang Hyang
kenduri tolak bala
kemarau panjang
 
kungkurung bertalu sampai ke tebing batu merambah guntung yang kehilangan puaka
dan sampai ke bukit bukit ilalang
sebab hutan telah lama mati oleh bangsa kabibitak
tabuh kungkurung adalah kecemasan anak negri yang makin terabai
kungkurung menyaru hujan
 
asap kemenyan
dibawa angin malam
balian surup
 
Banjarbaru, 2020
 
 
 
 
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 49.
 
Maha Duka
 
viala anggur
harum pesona pagi
di pelataran
 
viala anggur merah menjadikan risalah bertuak
risalah dari masa silam
kusayapkan rinduku
lalu kuterbangkan ke cakrawala
mungkin kau menungguku di sana
tiba tiba hujan meluruhkan bulu bulunya
 
aku pun jatuh
jatuh dalam pangkuan
maha dukamu
 
Banjarbaru, 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Arsyad Indradi    Khabar Dari Dusun 10 0 Haisi Indonesia   Ilustrasi Cover :   Alvin Shul Vatrick Penerbit : ...Kelompok Stud...