Arsyad Indradi
Khabar Dari Dusun
100 Haisi Indonesia
Ilustrasi
Cover : Alvin Shul Vatrick
Penerbit : ...Kelompok Studi Sastra Banjarbaru
Pelimbaian kata :
Setelah terbit
Antologi 1500 Haiku “Tirai Hujan “ (2016) dan Antologi Tanka “ Ruang Hening “ memuat 1500 tanka
yang ditulis dari tahun 2016 sampai
dengan tahun 2021, kini
kembali menerbitkan Antologi haisi dengan tajuk “ Khabar Dari
Dusun “ memuat 100 haisi yang diulis tahun 2021.
Saya mencoba menulis puisi yakni perpaduan yang harmonis antara haiku ( 俳句 ) dengan puisi bebas ( 一般詩). Perpaduan puisi ini saya beri nama “ haisi ( ( 詩俳句 ) “.
Haiku ( 俳句 ) adalah puisi pendek, padat yang berasal dari Jepang tetapi terikat dengan ketentuan yaitu pola tuangnya 5-7-5 yakni baris perama 5 suku kata, baris kedua 7 suku kata dan baris ketiga 5 suku kata ketiga baris itu berjumlah 17 suku kata . Haiku harus mempunyai kigo ( 季語 ) yaitu penanda musim dan berkireji ( 切る ) yaitu yang merupakan pemotong. Sedang puisi bebas ( 一般詩 ) tidak terikat dengan pola tuang dan sebagainya. Haiku merupakan inti dari puisi bebas itu.
Demikianlah,
diharapkan penerbitan antologi haisi ini tidak ada kendala.
Semoga buku haisi ini
dapat bermanfaat baik untuk diri saya sendiri maupun orang lain. Amin. Amin.
Banjarbaru, ...........
Sebagai
catatan tentang Haiku :
Apa Itu Haiku
?
: Arsyad Indradi
Haiku atau hokku adalah puisi pendek dari Jepang yang muncul di akhir zaman Muromachi, namun berkembang ketika memasuki zaman kinsei (disebut juga sebagai zaman Pra Modern). Zaman ini dimulai pada tahun 1602 yakni, sejak shogun Tokugawa Ieyasu sebagai pemegang tampuk pemerintahan memindahkan pusat pemerintahan ke Edo. Pelopor haiku adalah Matsuo Basho (1644-1694), Onitsura (1661–1738), Yosa Buson (1716–1783), Kobayashi Issa (1763–1827) dan lain – lain.
Puisi pendek yang bernama Haiku ini terdiri tiga baris menggunakan pola 5-7-5, yaitu : pada baris pertama 5 suku kata, baris kedua 7
suku kata dan baris ketiga 5 suku kata,
semua baris itu berjumlah 17 suku kata. Haiku ini merupakan haiku klasik,
karena ketat dengan ketentuan yang ada pada zaman itu. Haiku klasik ini tidak
mengenal judul. Di dalam haiku harus mengandung
kigo yaitu penanda musim/waktu dan kireji adalah kalimat penyimpul, jeda atau pemotong ( kiru, kireji) di baris pertama atau terakhir yang berfungsi mendefinisikan
hubungan kedua ide yang terdapat pada dua baris di bawahnya atau di atasnya.
Kireji merupakan penyempurna dari haiku tersebut.
Dalam perkembangannya, orang Jepang
sendiri tidak merasa puas dengan haiku klasik, karena, bahasa dan isi yang
terkandung dalam haiku tidak lagi sesuai dengan pesatnya perkembangan zaman.
Banyak orang tidak lagi mengikuti haiku klasik. Mereka mengganggap bahwa haiku
klasik yang punya aturan baku, terkesan kaku dan palsu. Mereka memilih dan
mengikuti aliran Masaoka Shiki (1867-1902) yang merupakan seorang pembaharu
yang merevolusionerkan haiku Jepang menjadi haiku modern.
Haiku mulai tersebar di seluruh dunia
setelah berakhirnya Perang Dunia Ke-2 yakni
pada awal abad ke 20. Dalam tahun 1905, sebuah antologi haiku dalam
bahasa Perancis telah terbit. Setelah itu, haiku terus berkembang ke negera Eropa yang lain. Akhirnya ke
Amerika Serikat, Brazil dan tempat-tempat lain, di negeri-negeri Amerika Latin.
Haiku tradisional di Jepang ditulis dalam huruf Kanji, dalam satu baris
tegak lurus memanjang. Dalam hitungan 17 mora yaitu semacam suku kata. Tentu,
mora ini tidak harus sama dengan suku
kata dalam bahasa Inggris atau suku kata dalam bahasa Indonesia, karena
struktur gramatika yang berbeda.
Sesungguhnya
haiku serupa dengan puisi mini, puisi alit dan puisi pendek lainnya.
Hanya bedanya
haiku mempunyai ketentuan terdiri dari tiga baris, berpola 5-7-5, berjumlah 17
suku kata. Ada mengandung kigo dan kireji.
Karena di Jepang ditulis dalam huruf kanji, dan struktur gramatikanya tentu di Indonesia sesuai dengan huruf dan gramatikal Indoneia.
haiku
Indonesia, memiliki rasa bahasa keindonesiaan dan beragam kebudayaan.
Haiku Indonesia memotret suasana , situasi, peristiwa dan
lain-lain, menuangkan berupa sensasi pikiran, kias,daya imaji, metafora,
kekuatan diksi, dan tidak harus
membentuk kalimat di antara barisnya ***