Rabu, 24 Juli 2024

 




Arsyad Indradi

  

Khabar Dari Dusun

100 Haisi Indonesia

 

Ilustrasi Cover :  Alvin Shul Vatrick

Penerbit : ...Kelompok Studi Sastra Banjarbaru

 

Pelimbaian kata :

 

Setelah terbit Antologi 1500 Haiku “Tirai Hujan “ (2016) dan Antologi Tanka “ Ruang Hening “ memuat 1500 tanka yang ditulis dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2021,  kini kembali menerbitkan Antologi haisi dengan tajuk “ Khabar Dari Dusun “ memuat 100 haisi yang diulis tahun 2021.

Saya mencoba menulis puisi yakni perpaduan yang harmonis antara haiku ( 俳句 ) dengan puisi bebas ( 一般詩). Perpaduan puisi ini saya beri nama “ haisi ( ( 詩俳句 ) “.

Haiku ( 俳句 ) adalah puisi pendek, padat yang berasal dari Jepang tetapi terikat dengan ketentuan yaitu pola tuangnya 5-7-5 yakni baris perama 5 suku kata, baris kedua 7 suku kata dan baris ketiga 5 suku kata  ketiga baris itu berjumlah 17 suku kata . Haiku harus mempunyai kigo ( 季語 ) yaitu penanda musim  dan berkireji ( 切る ) yaitu yang merupakan pemotong. Sedang puisi bebas ( 一般詩 ) tidak terikat dengan pola tuang dan sebagainya. Haiku merupakan inti dari puisi bebas itu.

Demikianlah, diharapkan penerbitan antologi haisi ini tidak ada kendala.

 Alhamdulillah.

Semoga buku haisi ini dapat bermanfaat baik untuk diri saya sendiri maupun orang lain. Amin. Amin.

 Arsyad Indradi

Banjarbaru, ...........

 

Sebagai catatan tentang Haiku :

 

Apa Itu Haiku ?

: Arsyad Indradi 

Haiku atau hokku  adalah puisi pendek dari  Jepang yang muncul di akhir zaman Muromachi, namun berkembang ketika memasuki zaman kinsei (disebut juga sebagai zaman Pra Modern). Zaman ini dimulai pada tahun 1602 yakni, sejak shogun Tokugawa Ieyasu sebagai pemegang tampuk pemerintahan memindahkan pusat pemerintahan ke Edo.  Pelopor haiku adalah Matsuo Basho (1644-1694), Onitsura (1661–1738), Yosa Buson (1716–1783), Kobayashi Issa (1763–1827) dan lain – lain.

Puisi pendek yang bernama Haiku ini  terdiri tiga baris menggunakan pola  5-7-5, yaitu :  pada baris pertama 5 suku kata, baris kedua 7 suku kata dan baris ketiga  5 suku kata, semua baris itu berjumlah 17 suku kata. Haiku ini merupakan haiku klasik, karena ketat dengan ketentuan yang ada pada zaman itu. Haiku klasik ini tidak mengenal judul. Di dalam haiku harus mengandung  kigo yaitu penanda musim/waktu dan kireji adalah kalimat penyimpul, jeda atau pemotong ( kiru, kireji) di baris pertama atau terakhir yang berfungsi mendefinisikan hubungan kedua ide yang terdapat pada dua baris di bawahnya atau di atasnya. Kireji merupakan penyempurna dari haiku tersebut.

 

Dalam perkembangannya, orang Jepang sendiri tidak merasa puas dengan haiku klasik, karena, bahasa dan isi yang terkandung dalam haiku tidak lagi sesuai dengan pesatnya perkembangan zaman. Banyak orang tidak lagi mengikuti haiku klasik. Mereka mengganggap bahwa haiku klasik yang punya aturan baku, terkesan kaku dan palsu. Mereka memilih dan mengikuti aliran Masaoka Shiki (1867-1902) yang merupakan seorang pembaharu yang merevolusionerkan haiku Jepang menjadi haiku modern.

Haiku mulai tersebar di seluruh dunia setelah berakhirnya Perang Dunia Ke-2 yakni   pada awal abad ke 20. Dalam tahun 1905, sebuah antologi haiku dalam bahasa Perancis telah terbit. Setelah itu, haiku terus berkembang ke negera Eropa yang lain. Akhirnya ke Amerika Serikat, Brazil dan tempat-tempat lain, di negeri-negeri Amerika Latin.

 

Haiku tradisional di Jepang  ditulis dalam huruf Kanji, dalam satu baris tegak lurus memanjang. Dalam hitungan 17 mora yaitu semacam suku kata. Tentu, mora ini tidak harus  sama dengan suku kata dalam bahasa Inggris atau suku kata dalam bahasa Indonesia, karena struktur gramatika yang berbeda.

 Bagaimna haiku di Indonesia ?

Sesungguhnya haiku serupa dengan puisi mini, puisi alit dan puisi pendek lainnya.

Hanya bedanya haiku mempunyai ketentuan terdiri dari tiga baris, berpola 5-7-5, berjumlah 17 suku kata. Ada mengandung kigo dan kireji.

Karena di Jepang ditulis dalam huruf kanji, dan struktur gramatikanya tentu di Indonesia sesuai dengan huruf dan gramatikal Indoneia.

 Perkembangan Haiku di Jepang begitu pesat, demikian juga di negara-negara di dunia, tak luput di Indonesia. Haiku Indonesia tentu saja haiku yang berjiwa Indonesia dengan kata lain.

haiku Indonesia, memiliki rasa bahasa keindonesiaan dan beragam kebudayaan.

Haiku Indonesia  memotret suasana , situasi, peristiwa dan lain-lain, menuangkan berupa sensasi pikiran, kias,daya imaji, metafora, kekuatan diksi, dan  tidak harus membentuk kalimat di antara barisnya ***

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke - 1.
 
Dalam Kamar 230
 
tubuhmukah di atas tubuhku
persis seperti dulu
seperti akan menjadikan aku kembali berdua
 
getar bibir memetik katakata
yang masih jelas kau untai
di dinding kamar ingatan
 
sangat gulita
dalam  dosa dan doa
tubuhmu luka
 
tangan cuma meraba raba kesekalian dinding
gulita yang membungkus tubuh kita  
membungkus sekalian angan angan
dalam kamar 3 X 3
 
pelita itu
kehilangan cahaya
tubuh nestapa
 
aku berlari apakah kau di sana
ke lorong lorong cuma kosong ke padang padang cuma ilalang
ke batu batu cuma batu  kupetik bintang cuma kunang kunang
siapa siapa cuma dusta
setelah itu tinggal bayang
 
tubuhmu masih di atas tubuhku
getar bibir : tuhan jangan kau tinggalkan aku
 
Malang, 2011
 
 
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 2.
 
 
Di Kamar Pintu
 
angin yang lembut
burung riang di pagi
di kota Tebo
 
nyanyian pagi
berkayuh ketek di Danau Sigombak merdu kecipak ombak
sekawan angsa putih terjun ke danau
cahya pagi yang memantul di alir air kemilau
 
kaki melangkah kata bismillah
risalah batin yang membentang langit biru
kota yang memberi danau kemilau
harumnya narasi pagi
 
aliran napas
harum narasi pagi
untaian zikir
 
tafakur di ubin lantai
makam Sultan Thaha Saifuddin, kubaca sejarahnya
seperti aku membaca Sultan Adam yang bermakam di hatiku
negri seloka menyimpan tanah pilih
di kedalaman jantungnya
 
kuasapkan harum setanggi  di prasasti
wajah  tak pernah  pupus dalam sanubari
duduk bersimpuh masuk dalam percakapan batin saling merindu
hari yang berjatuhan dan lenyap  ditiup waktu tapi kau masih seperti dulu
sahabatku : Ari Setya Ardhi
 
dalam puisi
Ari Setya Ardhi
tak pupus waktu
 
nyanyian pagi masih berembun di daun daun
masih terdengar kecipak ketek di Danau Sigombak
danau Sigombak taman angsa angsa
melahirkan cinta dan kasih sayang
 
di pagi ini
angsa di kota Tebo
melayang layang
 
Tebo, 2011
 
 
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 3.
 
 
Dalam Kamar Ekstase
 
lelangit kamar
bertabur cahya bintang
tangan tak sampai
 
jelajah pada dikedalaman malam
dan bimbang setiap persimpangan   
raga dan jiwa semakin bersimpuh
manakala semakin jauh
 
kepak lelawa
m’lintas kaca jendela
kamar menyepi
 
mengalir keheningan jiwa
mengalir sampai tak berhingga
menggalir angan angan yang terpendam
dalam misteri kehidupan
 
menafsir jejak
misteri kehidupan
kamar ekstase
 
Banjarbaru, 2012
 
 
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 4.
 
Dalam Kamar 101
 
kaca jendela pecah
ku pun menggelepar dan jatuh
di ubin ubin lantai
 
tersebab angan
tak sampai dari tangan
kelam di nian
 
dideras napas nafsu nafsi
tubuhku begitu nista
terdampar di tubuhmu
lalu tenggelam di lampu padam
 
di luar kamar
cuma kepak lelawa
melintas kelam
 
tak  mampu diri  menolong
dan kamar tak ada lorong
dinding batu
 
tanganku gemetar
membuka gorden jendela :
aku kehilangan tuhan
 
tuhan di mana
jangan tinggalkan aku
siluet malam
 
Surabaya,2012
 
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 5.
 
Kamar Dalam Sketsa Laut 1
 
rindu yang dalam
senja gelora laut
nun pelayaran
 
dendang pelagu rindu
melabuh cinta di kedalaman hati
angin membawa kembara
menyisir kaki langit
 
menyisir merahnya lembayung
membawa deburan jiwa
perahu nelayan satu persatu berlabuh
satu persatu rindu didendangkan
 
gemuruh ombak, sebab akulah laut
buih berdesir, sebab kaulah pantai
laut dan pantai adalah satu jiwa
dalam gelora cinta
 
masih didendangkan
keyakinan impian yang dilabuhkan
di puncak ombak surya telah bersilam
dan dermaga pun kian berkelam
 
dermaga jiwa
arung tatkala senja
rindu yang dalam
 
Tanbu,2012
 
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 6.
 
Kamar Dalam Sketsa Laut 2
 
rindu bertasbih
arung lautan cinta
di nian hari
 
rindukukah yang mengombak di atas laut
selepas menyisir pantai lalu senyap ?
kelepak camar di atas tuts – tuts buih
lalu menasbih hari-hariku yang luruh
 
debar menebar kamar
angin yang membawa khabar
perahu merapat ke dermaga
selepas arung dari laut cinta ?
 
di laut cinta
arung debaran rindu
dermaga jiwa
 
Tanbu, 2012
 
 
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 7.
 
Pada sebuah Villa kamar
 
udara apa
melompat dari bukit
malam menggigil
 
masuklah pintu tak berkunci
demikian gemerisik rerumpun anggur
jantungku mendebur
 
gorden bergoyang
dalam bayangan malam
lengkingan sepi
 
tak habis aku mengerti
langkah apa yang membawaku kemari
hingga tubuhku jadi kaku begini
 
di tabir kelam
dua b’las bidadari
bermata jambon
 
sebuah villa di kota Batu
memberi sebuah kamar
kucium aroma mawar
 
Kota Batu, 2012
 
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 8.
 
 
Di Malam Hening
 
duduk bersimpuh
malam jiwa gemuruh
merenung diri
 
dalam gemuruh  duduk bersimpuh
masih mampukah aku menyeru namamu
tahun yang datang dan pergi  di jalan bersimpang
dan aku cuma menatap sampai bayang itu menghilang
 
setiap kali merenung  dan setiap kali menukik jauh ke dalam
bahkan sampai ke dasar di mana kau yang bersemayam
ingin kembali menjadi hidup bercinta
sebab aku lahir tanpa ibubapa
 
malam gemuruh
embun lekat di daun
doa yang rimbun
 
malam itu jiwa  teramat gemuruh
duduk bersimpuh dalam katupan mata memandang alam  semesta
membaca di balik gulita di mana kau genggam rahasia cinta
 
kembali merenung
berjalan sampai ke batas perhentian jiwa
bersitatap
bersitatap dalam maha duka
 
jika aku pantas
masukkan ke dalam rahimmu
dan lahirkan kembali
 
 
Bbaru, 2010.
 
 
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 9.
 
Kamar 305
 
seorang gadis
kehilangan mahkota
kota Jakarta
 
teringat Kali Ciliwung yang mengalir tenang dan jernih
gadis gadis Betawi bersenda gurau mandi bersiraman ada yang menimba air
ada yang mencuci pakaian
dan aku serupa Jaka Tarub di balik rerumpun perdu menahan nafas yang memburu
angin semilir yang menembangkan lirisliris tentang asal usul Sunda Kelapa
yang melahirkan gadis perawan
 
gadis perawan
bunga di embun pagi
mekar mengharum
 
zaman terus berjalan mengubah segala bentuk peradaban
dan aku tiada mengenal lagi nuansa asri kehidupan
hanyalah aroma parfom dari gedung menjulang, rumah arsitek lain
jalan yang berlalu lalang gairah nafsu duniawi
 
gairah nafsu
duniawi semata
ke mana langkah
 
aku telah kehilangan dan letih di halaman istana dan gedung parlemen
orang orang tak ubahnya ular melata setiap denyut  jantung metropolitan
aku telah kehilangan sejarah dari kebenaran kebenaran
dalam gemuruh seribu rupa
 
seribu rupa
yang kehilangan aura
kota Jakarta
 
Jakarta,2013
 
 
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 10.
 
Muraqabah Dalam Kamar 108
 
dalam tafakur
malam menghantar hening
kalbu berzikir
 
Pada malam malam yang hening
Kerinduan yang dalam senantiasa bermuraqabah
Ma’rifatullah penerang jalan menuju rumahmu
Panjatan doa harapan kasih sayang
 
di malam Hening
balut tulang belulang
dengan asmamu
 
Kurapal ayat hauqalah sebab aku yang fakir
Yang tak mampu menolong diri sendiri
Yang terperangkap dalam nista dunia
Kecuali pertolonganmu ya Allah
 
malam yang fitrah
tempat panjatan doa
hamba yang fakir
 
Malang, 2013
 
 
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 11.
 
 
Dalam Kamar 144 : Membuka jiwa
 
alam bersabda
belajar dari gagak
kasih dan cinta
 
Setiap kali membuka jendela 
Lidah senatiasa dusta
Menampar kaca jendela
 
Kupunguti usiaku luka luka
Di ubin jejak berserak poranda
Alir darah perih membuncah
 
merintis jalan
ke rumah masa depan
lengsernya senja
 
Ranjang diri tiada lagi ranjang jiwa
Cinta kehilangan hakikatnya
Dalam keluh kesah gulita malam
 
Aku ingin pulang
Pada sujud pada kiblatku
Kembali lahir dari rahimmu
 
membuka jiwa
khusyu’ di dalam hening
hakikat hayat
 
Malang, 2013
 
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 12.
 
Kamar Rumah Bambu
 
Sudah lama tidak mendengar beduk
Tetapi setelah berada di dusun ini
Suara bertalu sangat menyentuh hati
Lembut syahdu tentram dan damai
 
di mana beduk
tak terdengar lagi
jiwa yang syahdu
 
Banyak masjid atau pun surau melupakan beduk
Berganti dengan suara sirine
Acap kali aku dikejutkan suara sirine itu
Kusangka suara mobil ambulance atau mobil pemadam kebakaran
 
sejauh tatap
petang di kala hening
mengaca diri
 
Duduk di beranda rumah bambu
Petang memberi warna jambon dari puncak gunung dan turun ke lembah serupa geliat ikan arwana di telaga biru
Dan hening menanti magrib dan tampak dari tebing batu air pancuran
air memancur kemilau iman
 
di gema beduk
kusempurnakan wudhu
pancuran iman
 
Dusun Pancur 13, 2014
 
 
 
 
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 13.
 
Kepayang Di Wajah Pirang
 
ladang petani
gadis berambut pirang
di surya pagi
 
Sejuk nafas di seluas ladang menghijau
Dan di dangau pelepas penat kehidupan
Burung burung mengucapkan salam
Selamat pagi para insan yang merindu
 
angin bersiul
gadis pirang berdendang
kemilau pagi
 
Dari dangau angin mengantar aroma
Harumnya si tubuh pirang dari bara membakar
Di bawah teduh rerimbun pohon mempelam
Sekawan lembu mengunyah rerumputan
 
pagi mengepul
harum tubuh si pirang
riang pematang
 
Batang batang jagung gemulai di sepoi angin
Memakna kehidupan para petani
Tak lelah tulang belulang mengayun pacul
Kejujuran dan kesetiaan insan di desa
 
Nganjuk, 2014
 
 
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 14.
 
Daun Jendela
 
mentari senja
lenyap pandangan mata
hanya gulita
 
Membayangkan jendela ini tanpa berdaun jendela
Tak cukup kata kata selain merenung
Masuk ke dalam jiwa
Ke dalam diri yang fana
 
Kamar kehidupan
Kamar kematian
Hidup kehilangan warna
Kehilangan makna
 
kala merenung
pekat depan jendela
sonder berdaun
 
Membayangkan jendela ini tanpa berdaun jendela
Jendela hati
Membayangkan apakah akan dapat bercinta lagi
Kekasih :
 
menggali cinta
sampai ke batas fajar
penghuni jiwa
 
Banjarbaru,2014
 
 
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 15.
 
Rindu Danau
 
danau mengering
lenguhan kerbau kalang
tempat berkubang
 
Lenguh kerbau kalang kehilangan danaunya
Danau habitat turun temurun
Ada kehidupan lain yang memaksa
Menjadikan kerbau kalang terasing dari negri sendiri
Adakah yang peduli perih lukanya?
 
perih lukanya
setiap pulang kandang
tubuh berlumpur
 
Air danau adalah sumber kehidupan
Kerbau rerumputan ikan dan jukung yang memandu itik
Di kala fajar lembayung  mulai bangkit  membuka pintu kandang
Dan kala petang lembayung menggiring masuk ke pintu malam
 
ke pintu malam
merebahkan impian
segala letih
 
Pandangan mata melayangkan narasi kerinduan tentang kehidupan
Di tengah danau kecipak gugusan kerbau
Dan ribuan itik mengarung danau kamilau
Dan dendang penanjak meniti ombak
 
meniti ombak
senandung lagu rindu
kala lembayung
 
kepada siapa lagi lagu rindu didendangkan
kala pagi atau sore atau malam
atau penanjak yang senantiasa menunjuk ke arah langit
atau hanya kepada entah
 
kepada entah
kala lembayung itu
hilang percuma
 
Amuntai,2014
 
 
 
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 16.
 
Di Sebuah Kamar 097
 
segelas anggur
kamar berupa rupa
di bayang malam
 
Cahya yang melayang di pelupuk mata
Serupa kelap kelip kunang kunang
Menyisir sepanjang jalan impian
 
Angin rerimbun daun mengkudu
Serupa tangis bayi kehabisan susu
Melata di ubin lantai
 
ke masa lampau
malam sepi mendesau
kesumat risau
 
Aku tak berdua lagi pada diriku
Denyut jam dinding terasa kian nyaring
Dan kamar kian berganti rupa
 
Di dinding kamar bayang bayang
Melukis jejak berlari kencang
Ada sekali angin mengetuk lawang
 
segelas anggur
menutup pintu malam
kamar impian
 
Purwokerto, 2014
 
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 17.
 
Malam Tifa Kemerdekaan
 
malam ini membuka hati saling bertaut
langit menyalakan rembulan dan menyulut bintang bintang
cahya memancar kesetiap ruang jiwa  menyimpul tali percintaan
yang datang dari segenap negri kasih sayang
 
kasih dan sayang
cahya bulan dan bintang
jiwa yang terang
 
malam jadi setanggi
tifa menggitakan ratusan sajak ratusan jiwa mengombak
menggitakan kapal kapal berlabuh dalam semilir birunya langit
dan bertambat pada dermaga kehidupan yang dibangun bersama
 
hati bersatu
malam nian setanggi
dermaga cinta
 
malam ini malam penuh riwayat
sebab bersatu hati tidak ada lagi perbedaan yang dipersengketakan
tidak ada lagi pemberhalaan dihiruk pikuknya roda zaman
perdamaian mesti disuburkan di tanah negri tercinta
 
penuh riwayat
tahun senandung tifa
Kemerdekaan
 
dalam kobaran api unggun senandung tifa
sajak membubus dalam hembusan semangat jiwa
merenung kembali setiap kenduri hari ulang tahun
mengisi makna hakikat kemerdekaan negri tercinta 
 
Tangerang, 2015
 
 
 
 
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 18.
 
Jendela Kamar Bambu
 
mawar merekah
teringat bunga desa
pagi di Jember
 
Wirama dari pepohonan yang mengitari rumah rumah bambu
Menjadikan wirasa lain di pagi yang berkemilau embun
Aku serupa burung kenari yang menari nari dari ranting ke ranting
Aroma mawar yang bergayut di sayap angin
Napas pun menjadi harum
 
pagi mengintip
gadis mencuci mimpi
sungai perawan
 
Dari sekian dusun di pelosok pelosok tanah negri
Demikian pula di sini sebuah dusun yang tentram dan damai
Ketika ayam jantan berkokok di dini hari dan kumandang azan
Ucapan syukur pada Illahi Rabbi limpahan rahmat dan nikmat
Jauh dari kebisingan dan polusi udara kota
 
Dusun yang tentram dan damai
Rumah bambu berhalaman rerumpun mawar
Jambun cahaya pagi
Dari jendela :
 
mengintip ulat
berubah kupu kupu
dari kepompong
 
Narasi ini kala pagi pada sebuah taman
Cahaya mentari jambun
Ada sepoi angin yang mungil melayang layang :
 
di ranting pagi
kupu kupu dan mawar
berayun ayun
 
Jember, 2015
 
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 19.
 
Sebuah Danau : Dendam Tak Sudah
 
adalah cinta
di danau air mata
dendam tak sudah
 
Mataku berenang di wajah sebuah danau
Membaca riwayat yang terpendam dikedalaman airnya
Dikedalaman air mata cinta
 
Dendam tak sudah demikian gemercik riak ombak
Cinta yang berpaut danau persemayaman abadi
Sungguh betapa agungnya sebuah cinta
 
Bengkulu, 2015
 
Haisi ( 詩俳句 ) ke - 20.

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke - 20.

 

Misteri Cinta

 

taburan bunga

harum kamar pengantin

malam pertama

 

Adakah yang paling berbahagia

Selain cinta berbunga dalam taman hati

Kamar kasih sayang pintu yang tiada berkunci

Rembulan di kaca jendela

 

Rembulan di kaca jendela

Tapi entah ke mana kala melintas lelawa

Lalu masuk ke tirai sunyi

Sepi sekali

 

menatap wajah

bulan di ombak danau

sarat riwayat

 

Hanyalah danau tempat melabuhkan  gundah tak sudah

Kecipak riak ombak dalam kenduri  ribuan kepak lelawa

Dan awan gemawan di atasnya

Sampai ke batas paling  gulita

 

menapak jejak

sampai ke ujung malam

misteri cinta

 

Bengkulu, 2015

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke - 21.

 

Kamar 00

: Ita R.

 

malam merisau

dua b’las bidadari

bermata jambon

 

Saat membuka mata

Terasa sekali di pertengahan malam

Dinding kamar ada bayang bayang

Timbul dan tenggelam dan samar

 

Kelepak sayap lelawa sungguh tak sudi kudengar

Sebab kesunyian terus juga mengalir mengisi kamar

Penuh bagai danau yang mengombak ngombak

Dan aku mengapung di atasnya tak ubahnya perahu kosong

 

Bayang bayang itu berloncatan memuati perahu

Berkayuh kayuh sampai tubuhku beroleng oleng

Malam semakin malam

Dan lelawa berkerumun entah dari mana mana

 

mataku perih

embun di ujung daun

mencuci risau

 

Banjarbaru, 2016

 

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke - 22.

 

Debar Jiwa Tenggelam Matahari

 

semakin senja

gelora ombak laut

debaran jiwa

 

Tak letih di batu karang memandang sejauh laut

Menunggu kau akan bersilam di kaki langit

Debur ombak di karang debaran jiwa merindu

Senja tak sudah yang tak pernah bersua sudah

 

gelisah laut

senja di ombang ombak

pecah di pantai

 

Masih di batu karang menunggumu

Lembayung menggitakan  ayat ayat cinta

Mengantar kau ke paling ufuk

Mega mega berarak serupa kemboja kuning  sedang mekar

 

senja berusai

masuk ke ranjang malam

mimpi renjana

 

Laut mengombakan  narasi matahari tenggelam

Semilir angin menggitakan ayat ayat cinta

Melunaskan rindu dendam bangku bangku batu karang

Buih disepanjang pantai mendesirkan senyuman

 

Gunung Bamega,  2016

 

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke - 23.

 

Aku Rindu Borneo

dupa lalaya

leluhur aruh ganal

turun temurun

 

Sejauhjauh pedusunan bersemayam Paramasan

Berpagar gunung dan lembah ialah pertapa yang menyimpan misteri sunyi

ke dalam kitab kaharingan

Balai Remain tempat membakar behiuk menyan

dan rohroh nenek moyang memapai kur sumangat bagi anak cucu

Simpul adat turuntemurun         

 

Inilah kesunyian murni

Napas Paramasan yang menapaskan kearifan

Kemurnian kehidupan yang terpatri dalam kerukunan adat

Setiap tahun tak luput dari pegangan

Bawanang merenda kehidupan dayak meratus

 

ayat  bawanang

di timur matahari

bangkit roh padi

 

Bawanang adat Bapalas

Mengalir darah dalam tempurung

Mengaliri tanah huma tugal

Mengusir segala macam penyakit dan hama

Menumbuhkan rohroh padi yang melahirkan kemakmuran

Dalam Salawat Sahaya Hyang Raja Batara

 

tiang lalaya

pitung simpaian  rotan

balai mentari

 

Sesudah itu adat Bamula memapaikan harumnya kukus behiuk dan  minyak likat baburih

Menyambut hamparan padi yang menguning

Gemerincing gelang hyang tandik balian di panggung Lalaya

Bamamang ditujuh batang padi tujuh gulung rotan pengikat

Daun hibak,daun riribu, daun mada, daun jubung, daun lilinting pagat, daun sirih banaik, daun bintarung dan daun tamparakai hiasan panggung adalah

Rezeki berlimpah dalam filosofisnya

Dayak meratus siapakah lagi yang patut mengenangnya

 

gunung ke lembah

sumpah roh nenek moyang

Borneo punah

 

Sebab kedamaian hakiki yang tertulis dalam kitab keharingan

Telah tercemar

Penambang intan dan emas yang datang

Membunuh riamriam dan sungaisungai

Puakapuaka terusir ke padang kedawang

Paramasan berduka

Paramasan berduka dalam tapa yang menyimpan misteri sunyi

 

Banjarbaru, 2016

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke - 24.

 

Dalam Zen Membaca Alam

 

dupa setanggi

tujuh kuntum melati

rembulan emas

 

Rembulan emas masuk ke dalam kamar manakala jendela terbuka

Angin dingin yang bergegas membawa aroma dupa

Kau kah yang tersenyum rambut  bersunting tujuh kuntum melati

Mengusik sukmaku dalam hening zen

 

dalam hening zen

denyut nadi bertasbih

ribuan bintang

 

Tujuh kuntum melati kau petik dari rahim malam

Dimandikan dalam cahaya emas rembulan

Kau asapkan dalam kepulan dupa setanggi

Mengusik  tasbihku dalam membaca alam

 

membaca alam

sampai lembayung fajar

makna hayati

 

Banjarbaru, 2016

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke - 25.

 

Narasi Suatu Malam

 

angin membelai

bulan di ujung ranting

rindu berayun

 

Senandung juwita malam dari rerumpun sunyi

Merayap ke kamar yang hampa kekasih hati

Hampa yang luput dari bingkai seraut wajah

Adalah rindu yang berayun di ranting malam

 

di ranting malam

kenangan masa silam

notasi rindu

 

Kesunyian malam teramat sepi

Terasa semilir angin menggesek dedaunan

Memuput sampai jauh kerelung hati

Bayangan wajah terlukis serupa entah

 

serupa entah

wajah di dinding kamar

bulan menetes

 

Bulan menetes di ujung ranting malam

Dan senandung juwita malam disemilir angin

Masih juga dalam untaian notasi impian

Serupa aduh

 

serupa aduh

dikedalaman malam

jiwa yang sunyi

 

Banjarbaru, 2016

 

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke - 26.

 

Kurung Kurung Di Bukit Meratus

 

kembang ilalang

putih bukit Meratus

riuh kungkurung

 

Di atas tanah Meratus yang retak  tiada berhutan rimba lagi

pelintasan  angin pohn yang jatuh dari puncak gunung

padang ilalang kembangnya memutihi  bukit

Riuh kurung kurung sampai ke lembah dan riam riam

 

tandik Balian

kenduri kurung kurung

menyaru hujan

 

Tandik Balian Bawo menggali sumur langit dalam bubusan asap behiuk

Eee iyyahu  Hyang Raja Batara ruh banih bamandi di  Balai Remain

Eee iyyahu darah dalam tempurung altar lalaya mengaliri tanah huma

Roh roh nini datu memapai kur sumangat  banua melahirkan kemakmuran

 

adat leluhur

pisit turun temurun

anak banua

 

Kenduri  kurung kurung mengusir  bala hutan rimba yang dijarah

Gunung yang runtuh mengepulkan uap fosil batu bara

Tempat bersemayamnya ruh ruh kehidupan bagi anak banua

Eee iyyahu Kembang ilalang putih bukit Meratus

 

Banjarbaru, 2017

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke - 27.

 

Puisi Buat Aung San Suu Kyi

 

di atas bumi

eloknya perdamaian

pancaran surya

 

Sungguh batinmu terluka lantaran di muka bumi ini

Selalu terjadi persengketaan manusia yang tak pernah usai usai

Matamu perih lantaran penjajahan dan manusia saling membunuh

Bantai membantai perkosaan penghancuran

 

Hati nuranimu bangkit lantang menyuarakan perdamaian dunia

Hak azasi manusia dan nilai luhur kemanusiaan

Di mimbar di perkumpulan di media cetak dan elektronik

Ratusan tulisan karya monumental tersebar dan terhimpun

di seluruh dunia

Dan nobel perdamaian dunia dianugerahkan bagimu Aung San Suu Kyi

 

Tetapi tatkala di negrimu terjadi persengketaan manusia

Manusia saling membunuh bantai membantai

Pemberangusan pemukiman dan perkampungan

Perkosaan dan beberapa dalih yang dihalalkan

Kemana engkau Aung San Suu Kyi ?

 

Di antara mayat dan jasad terkapar di negrimu

Dan jeritan orang orang yang tak berdosa

Jerit tangis anak anak yang tubuhnya dicabik cabik peluru

Dan pengungsi berduyun duyun menyelamatkan diri

Kau berdiri di atasnya tetapi bukan Aung San Suu Kyi peraih nobel itu

Melainkan Aung San Suu Kyi yang menghianati hati nuraninya sendiri

 

hujan mesiu

masih pantaskah nobel

di negri ini

 

Banjarbaru, 2017

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke - 28.

 

Narasi Angan Suatu Malam

 

serupa pungguk

malam nian merisau

tiada bulan

 

Berkali kali menyempurnakan angan angan

Tatkala awan gemawan mengandung mendung

Wajah tengadah di jendela kaca

Langit kelabu

 

langit kelabu

setiap malam tiba

di ranjang waktu

 

Apatah lagi sedemikian pepohonan tiada angin

Malam kehilangan makna sunyi

Serupa pungguk di cangkang sepi

Merangkai angan

 

merangkai angan

sonder pupus harapan

suatu malam

 

Suatu malam wajahmu dalam kenangan

Merajut cinta

Meracik duka

 

Banjarbaru, 2016

 

 

Haisi ( 詩俳句 ) ke - 29.

 

Sekuntum Rindu

 

bunga kenanga

rangkaian kerinduan

bulan bercahya

 

Di balik rerimbun daun ada cahaya bulan 

Dan suara kepak lelawa di antara kesiur angin

Menjadikan malam semakin juwita

Semakin menari bayang di ranting sunyi

 

kau kah di sana

kala bulan bergantung

di ujung ranting

 

Cahaya menyibak dedaunan

Siluet menari di kaca jendela

Kamar sungguh semerbak harumnya bunga

Dikedalaman hati membuncah dendam rindu

 

membuncah rindu

diuntaian kenanga

bulan menghilang

 

Di puput malam bayangan itu semakin memaya

Mana kala rembulan itu menyimpan cahayanya

Jauh di dalam rerimbun daun

 

Banjarbaru, 2016

 

  Arsyad Indradi    Khabar Dari Dusun 10 0 Haisi Indonesia   Ilustrasi Cover :   Alvin Shul Vatrick Penerbit : ...Kelompok Stud...